Rabu, 30 Oktober 2019

PENGARUH SILAT MINANG DALAM PERKEMBANGAN DUNIA PERSILATAN DI NUSANTARA



PENGARUH SILAT MINANG DALAM PERKEMBANGAN DUNIA PERSILATAN DI NUSANTARA

Keberadaan Silat Minang sebagai seni bela diri tertua di bumi Nusantara telah memberikan pengaruh pada perkembangan dunia persilatan di Wilayah Negara Indonesia. Pengaruh ini diakibatkan oleh ketertarikan masyarakat dari luar Minangkabau untuk mempelajari seni bela diri ini, baik belajar langsung di Ranah Minang maupun dari para pendekar Minang yang berada di daerah perantauan.
Diantara perguruan2 silat terbesar di Indonesia yang memiliki unsur silat minang tersebut antara lain:
1.    Silat Perisai Diri,
Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri atau disingkat Kelatnas Indonesia Perisai Diri adalah organisasi olahraga beladiri yang didirikan oleh R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo pada tanggal 2 Juli 1955 di SurabayaJawa Timur
R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Januari 1913 di lingkungan pura Pakualaman. Dia adalah putra pertama dari R.M. Pakoe Soedirdjo, buyut dari Sri Paduka Paku Alam II. Sejak berusia 9 tahun dia telah dapat menguasai ilmu pencak silat yang ada di lingkungan keraton sehingga mendapat kepercayaan untuk melatih teman-temannya di lingkungan Pakualaman.
Karena ingin meningkatkan kemampuan ilmu silatnya, setamat HIK (Hollands Inlandsche Kweekschool) atau sekolah pendidikan guru, dia meninggalkan Yogyakarta untuk merantau tanpa membawa bekal apapun dengan berjalan kaki.
Tempat yang dikunjunginya pertama adalah JombangJawa Timur. Di sana dia belajar silat pada K.H. Hasan Basri, sedangkan pengetahuan agama dan lainnya diperoleh dari Pondok Pesantren Tebuireng. Di samping belajar, dia juga bekerja di Pabrik Gula Peterongan untuk membiayai keperluan hidupnya. Setelah menjalani gemblengan keras dengan lancar dan dirasa cukup, dia kembali ke barat. Sampai di Solo dia belajar silat pada Sayid Sahab. Dia juga belajar kanuragan pada kakeknya, Ki Jogosurasmo.
Dia masih belum merasa puas untuk menambah ilmu silatnya. Tujuan berikutnya adalah Semarang, di sini dia belajar silat pada Soegito dari aliran Setia Saudara. Dilanjutkan dengan mempelajari ilmu kanuragan di Pondok Randu Gunting Semarang. Rasa keingintahuan yang besar pada ilmu beladiri menjadikan R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo masih belum merasa puas dengan apa yang telah dia miliki. Dari sana dia menuju Cirebon setelah singgah terlebih dahulu di Kuningan. Di sini dia belajar lagi ilmu silat dan kanuragan dengan tidak bosan-bosannya selalu menimba ilmu dari berbagai guru. Selain itu dia juga belajar silat Minangkabau dan silat Aceh. Namun tidak ada keterangan yang jelas mengenai nama guru yang mengajarkannya silat Minangkabau.
Perguruan Silat  Perisai Diri termasuk perguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara. memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perguruan ini memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya.
Salah satu metoda yang diajarkan dalam perguruan ini adalah Gerakan teknik Minangkabau mirip dengan tarian tradisional dari MinangkabauSumatra Barat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah. Rangkaian teknik Minangkabau diajarkan kepada pesilat yang menduduki tingkat Calon Keluarga.
Untuk menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.

2.    Perguruan Silat Setia Hati
Perguruan Silat Setia Hati, adalah perguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, pendiri dari perguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau di samping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh, dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau  telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Perguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah dia pelajari selama di Sumatra Barat pada tahun 1894-1898. Dia adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga dia memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Dia memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.
Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo nama kecilnya adalah Muhamad Masdan, yang lahir pada tahun 1876 di Surabaya putra sulung Ki Ngabei Soeromihardjo (mantri cacar di ngimbang kab: jombang Ki ngabei Soeromihardjo adalah saudara sepupu RAA Soeronegoro (bupati Kediri pada saat itu). Ki Ageng soerodiwirdjo mempunyai garis keterunan batoro katong di Ponorogo, beliau kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di surabaya dari perkawinan itu dianugrahi 3 anak laki-2 dan 2 anak perempuan namun semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil.
Pada tahun 1894 Ki Ageng Soerodiwirdjo pindah ke bengkulu karena pada saat itu orang yang di ikutinya (orang belanda) pindah kesana.di bengkulu permainanya sama dengan di jawa barat, enam bulan kemudian pindah ke padang. Di kedua daerah ini Ki Ageng Soerodiwirdjo juga memperdalam dan menambah pengetahuannya tentang dunia pencak silat. Permainan yang diperolehnya di minangkabau antara lain :
* Permainan padang Pariaman
* Permainan padang Sidempoan
* Permainan padang Panjang
* Permainan padang Pesur / padang baru
* Permainan padang sikante
* Permainan padang alai
* Permainan padang partaikan
Permainan yang di dapat dari bukit tinggi yakni :
* Permainan Orang lawah
* Permainan lintang
* Permainan solok
* Permainan singkarak
* Permainan sipei
* Permainan paya punggung
* Permainan katak gadang
* Permainan air bangis
* Permainan tariakan
Pada tahun 1902 Ki Ageng Soerodiwirdjo kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Tahun 1903 di daerah tambak Gringsing untuk pertama kali Ki Ageng Soerodiwirdjo mendirikan perkumpulan mula-mula di beri nama ‘SEDULUR TUNGGAL KECER” dan permainan pencak silatnya bernama “ JOYO GENDELO” .
Pada tahun 1917 nama tersebut berubah, dan berdirilah pencak silat PERSAUDARAAN SETIA HATI, (SH) yang berpusat di madiun tujuan perkumpulan tersebut diantaranya, agar para anggota (warga) nya mempunyai rasa Persaudaraan dan kepribadian Nasional yang kuat karena pada saat itu Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ageng Soerodiwirdjo wafat pada hari jum`at legi tanggal 10 nopember 1944 dan di makamkan di makam Winongo madiun dalam usia enam puluh delapan tahun (68).

3.    Satria Muda Indonesia
Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PPS SMI) adalah merupakan pengembangan dari Perguruan Silat "Baringin Sakti", yang didirikan pada tahun 1955 oleh 3 orang pemuda Minang, yakni:
- H. Abu Zahar
- H. Oemar mantup (mayor laut)
- G.M.S. Lebe

 Gagasan nama pengganti Perguruan Silat "Baringin Sakti" berasal dari H. Prabowo Subianto (Letjen TNI Purnawirawan), semula nama pengganti adalah "Satria Muda" kemudian dilengkapi menjadi "Satria Muda Indonesia".
Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PPS SMI) diresmikan berdirinya pada tanggal 19 Juli 1987 di Lembah Pinus Ciloto -Jawa barat. Tokoh-tokoh perintis Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PPS SMI) adalah generasi muda murid-murid Alm. H. Abu Zahar dari Perguruan Silat "Baringin Sakti", yakni :
- H. Prabowo Subianto (Letjen TNI Purnawirawan)
- H. Ismet Yuzairi (Mayjen TNI Purnawirawan
- H. R.A.N. Tanoedjiwa (Brigjen TNI Purnawirawan)
- Drs. Edward Lebe, H.M
- Indra Chatib
- Yan Yulidar
- Ir.Lukman R.G
- H. Robinsyah Goffar
- Ir. Erizal Cal Chaniago

V. FALSAFAH SATRIA MUDA INDONESIA:

Zahir silat mencari kawan, Batin silat mencari Tuhan
Jaga tali jangan putus, Ingat rasa jangan hilang
Bersiang sebelum tumbuh, Melantai sebelum luluh
Bergantung pada tali yang tidak akan putus
Berpegang pada rasa yang tidak akan hilang
Garak-garik pandang pitunggua
Garak-garik pandang kutiko
Garak-garik raso pareso
Selisih pantang dicari, Bersuo dihindari
Sekali dimulai titik mati baru berhenti

4.    Silat Sabandar (Maenpo Sabandar)
Silat Sabandar adalah aliran silat yang berkembang di desa Sabandar, Karangtengah, Cianjur, Jawa Barat, yang dikembangkan oleh Muhammad Kosim dari Sumatra Barat yang dikenal dengan Syahbandar. Silat ini merupakan aliran silat campuran/hibrida antara Silat Minangkabau dan Silat Sunda. Hal ini sesuai dengan falsafah  Minangkabau “dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia disauak “, maksudnya orang minang yang merantau hendaknya bisa melebur atau membaur dengan masyarakat sekitar di tempat perantauan yang mereka tinggali.
Tokoh lain yang berpengaruh besar terhadap perkembangan silat Sabandar adalah Kari dan Madi. Konon menurut kabarnya Madi juga merupakan seorang pendekar yang berasal dari Minangkabau. Silaturrahmi yang saling menguntungkan antara dua ahli silat telah melahirkan aliran baru, sehingga sudah sulit membedakan mana silat yang asli diajarkan oleh Mamak Kosim, mana yang berasal dari ajaran Kadi dan Madi. Disamping peleburan gerakan fisik, peleburan aspek spiritual tentu saja tidak bisa dihindarikan dari silaturahmi tokoh-tokoh silat ini.
Jika Mamak Kosim berasal dari Ranah Minangkabau, maka Mamak Kosim sudah dapat dipastikan memiliki kemampuan silat secara fisik dan juga memiliki aspek-aspek spritualnya, karena di dalam pepatah Minangkabau mengatakan bahwa nan lahia babatin ( yang lahir memiliki aspek batinnya). Di zaman dia hidup tersebut tidak mungkin silat di Minangkabau diajarkan tanpa diberi isi. Isi itu lebih berdekatan ke arah pengajian tarekat setelah dipengaruhi Islam, dalam hal ini bisa dilacak dasarnya dari tarekat yang dominan di Sumatra Barat di zaman itu, yakni Satariah (Syaththariyyah), Naqsabandiyah dan Samaniah.
Tarekat Samaniah hanya berkembang di daerah Luhak (Kabupaten) Limapuluh Kota dengan ibu kota Payakumbuh, sedangkan dua tarekat lain berkembang ke wilayah lain di Minangkabau bahkan sampai ke daerah rantau (provinsi-provinsi di sekitar Sumatra Barat saat ini bahkan sampai ke Malaysia). Salah satu ajaran dari Satariah adalah takhalli (kosongkan dari keburukan), tahalli (isi dengan kebajikan) dan tajalli (kehadiran cahaya ilahi di dalam diri pengamalnya).  Sementara itu tarekat samaniah yang menggunakan anggota tubuh secara aktif menyatu ke dalam gerakan silat, jadi zikir itu sendiri adalah gerakan pada silat. Bagaimanapun, dibutuh kajian lebih dalam bagaimana pengaruh kajian tarekat di dalam silat Sabandar yang ada saat sekarang dan dibandingkan dengan sumbernya di Ranah Minangkabau.
Permainan menggunakan rasa juga dikenal di dalam terminologi silat di Minangkabau, negeri asal Muhammad Kosim, yakni mamakai garak jo raso (menggunakan insting dan rasa) pada tingkat mahir. Pada level ini pesilat sudah menggunakan ketajaman insting dan bersilat dengan gerakan cepat, tepat dan pas tanpa perlu dipikirkan dulu. 
Adapun jurus-jurus itu adalah [2]:
·         Keupeul
·         Penyaluran
·         Pancingan
·         Liliwatan
·         Dongkak Lakang


Dilansir dari situs https://pentcaksilat.blogspot.com , kemungkinan adanya hubungnan antara Silek Kumango dengan Silat Sabandar yang diajarkan oleh Muhammad Kosim,karena Silek Kumango berasal dari Tanah Datar yang berlokasi tidak jauh dari Nagari Pagaruyuang.
Menurut kisah Tuo Silek yang hadir saat itu atas undangan FP2STI bahwa sebenarnya Silek Kumango itu ada dua, yaitu Silek Kumango Tuo yang merupakan asli dari Syech Kumango pendirinya, dan Silek Kumango Orde Baru yg seperti dikenal sekarang.
Diceritakan bahwa Silek Kumango orde Tuo dikuasai oleh salah satu anak dari Syech Kumango dan anaknya yg lain menciptakan Silek Kumango orde baru. Ketika itu  Syech Kumango menyatakan bahwa Silat Batin merupakan milik dari anaknya yg menguasai Silek Kumango orde Tuo dan anaknya yg menciptakan Silek Kumango orde baru disebut yg menguasai Silat Lahir. Dikarenakan hal itu, sang anak yg menguasai Silek Kumango Tuo pergi dari kampungnya dan entah pergi kemana. Dan diketahui bahwa Silek Kumango Tuo juga terdiri 5 jurus seperti halnya Silek Sabandar yang juga memiliki 5 Jurus.


5.    Aliran –aliran Silat yang terkait dengan Keilmuan Syahbandar

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya Tokoh lain yang berpengaruh besar terhadap perkembangan silat di tanah jawa adalah Kari, Madi dan Syahbandar.
Silaturrahmi yang saling menguntungkan antara tokoh tersebut telah melahirkan aliran baru.

Diantara perguruan silat aliran baru tersebut adalah:

-  Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat
 Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat didirikan oleh S. Andadinata yang lebih dikenal dengan nama Abah Andadinata pada tahun 1932.
Dari salah satu versi sejarah pendirian perguruan ini dikatakan bahwa abah Andainata datang ke Padepokan silat juragan Rd Haji Ibrahim Yang dikenal sebagai pendiri dan pencetus Maenpo Cikalong.
bahwa Mama Anda belajar gerak jurus 10 dari Mama Rd. Hasan - yang masih keluarga mama Rd. Ibrahim. Sumber kesaksian menyebutkan bahwa mama Anda dan Mama Rd. Hasan, beserta Mama Endin dari Samarang Garut merupakan tiga serangkai murid Mama Rd. H. Abdul Kahpi. Yang jelas dari 10 jurus halusan Margaluyu Pusat sangat kental dengan pengaruh maenpo Cikalong. yang berbasis pada silat MadiKari dan silat asli Cianjur. Tokoh Maenpo Cikalong yang usianya relatip lebih muda dari juragan Rd Haji Ibrahim adalah juragan Rd Haji Abullah yang mewarisi ilmu pencak silat Sabandar. Sedangkan Silat Sabandar berasal dari Moh Kosim yang konon berasal dari Pagaruyung Minangkabau Sumatera Barat. Dari juragan Rd Haji Abdullah, abah Andadinata mewarisi ilmu pencak silat Sabandar yang tata geraknya sangat halus dan lembut. Kompilasi tata gerak MadiKariSabandar dan Khaer inilah yang dikemudian hari menjadi 10 jurus wajib Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat ditambah ilmu Hikmah yang diharkatkan setelah selesai berlatih.

-          Maenpo Cikalong

Aliran Cikalong adalah aliran pencak silat yang berasal dari daerah Cianjur, tepatnya desa Cikalong -Cikundul (tempat awal mula berdirinya Cianjur) yang berada kini di kecamatan Cikalong Kulon lokasi ini dapat ditempuh melalui rute jalur alternatif dari Jakarta melalui Jonggol. Kebanyakan orang mengira bahwa aliran Cikalong ini adalah merupakan bela diri yang terinspirasi dari teknik perkelahian hewan mamalia terbang yaitu kalong (pteropus edulis) atau kelelawar besar berdasarkan pada kata dari aliran ini. Maenpo Cikalong sama sekali tidak mengambil bentuk atau terinspirasi dari hewan, Maenpo Cikalong adalah aliran bela diri pencak silat yang merupakan hasil perenungan dari Raden Jayaperbata setelah menunaikan rukun Islam ke lima, Raden Jayaperbata berganti nama menjadi Raden Haji Ibrahim Jayaperbata.
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata yang terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya adalah merupakan salah satu pendiri Cianjur. Lahir diawal abad XVIII atau tepatnya pada tahun 1816 meninggal tahun 1906, di desa Cikalong. Diketahui bahwa salah satu dari leluhurnya, Raden Wiranagara atau yang dikenal dengan nama Aria Cikalong pernah berguru dan membawa seorang ahli silat bernama Embah Kahir atau Embah Khaer yang kemudian menetap dikenal sebagai aliran Cimande.

tak kurang dari 17 (tujuh belas) guru / perguruan Raden Jayaperbata menimba ilmu bela diri pencak silat, Kebanyakan dari aliran yang dipelajarinya adalah memiliki dasar Cimande. Hal ini dapat dipahami karena saat itu telah berkembang pesat aliran Cimande dan menjadi rujukan bagi perguruan silat yang berada di Tatar Pasundan. Namun dari sekian banyak perguruan dan guru yang dijadikan tempat menimba ilmunya hanya ada empat guru yang menjadi figur sentral dalam aliran Cikalong yang di kemudian hari.
Mereka adalah :
a. Raden Ateng Alimuddin
b. Bang Ma’ruf / Rauf
c. Bang Madi
d. Bang Kari.
Keempat guru inilah yang sangat mempengaruhi bentuk jurus, pola langkah maupun pengerahan tenaga pada aliran Cikalong. Sementara Sabandar atau Mama Kosim atau Mohammad Kosim menjadi bagian dari rumusan pola pengerahan tenaga aliran Cikalong pada generasi kedua dan seterusnya, sehingga memperkaya kaidah yang dimiliki aliran ini.

-          BUDI  SUCI

Perguruan Budi Suci didirikan oleh Haji Abdul Rosyid, pada tahun 1932. Aliran ini banyak menyebar ke Jawa dan Sumatera.

Beliau dilahirkan di Indramayu pada tahun 1902,yang dimana beliau diasuh dan dibesarkan serta dibimbing oleh Pamannya HAJI YASSIN.
Melihat dari sejarah berdirinya perguruan Budi Suci memang tidak ditemukan adanya hubungan langsung antara pendiri Perguruan ini dengan orang Minang ataupun dengan aliran perguruan silat Minang manapun.

Dari kalangan Budi Suci atau perguruan yang mengambil sumber dari aliran yang didirikan H Abdul Rosyid ini setidaknya ada 3 nama tokoh yang disebut-sebut dalam “ritual” amalannya, yaitu Madi, Kari dan Subandari atau Syahbandar.


Dilansir dari http://mzbudisuci.blogspot.com, Bapak Mohammad Sidik, anak sekaligus murid dari H Abdul Rosyid, pada tahun 1985 mengatakan bahwa jurus tenaga dalam Budi Suci diwarnai oleh keilmuan Abah Khoir dan Nampon. 


Dari aliran Budi Suci yang keilmuannya konon bersumber dari Khoir dan Nampon, juga tidak berani mengklaim bahwa tenaga dalam itu bersumber (hanya) dari Nampon seorang.

Begitu halnya kalangan yang mengambil sumber dari Margaluyu.

 

Kalangan Budi Suci, menganalisa bahwa Namponlah yang patut dianggap sebagai pencipta, karena dalam ritual (wirid), nama-nama yang disebut adalah Madi, Kari dan Syahbandar (Syeh Subandari), sedangkan nama Nampon tidak disebut-sebut. Ini menunjukkan bahwa inspirasi ilmu berasal dari tokoh sebelum Nampon, walau nampon yang kemudian merangkum dan menyempurnakannya.

Dengan demikian secara tidak langsung keilmuan dalam perguruan Silat Budi Suci masih terhubung dengan keilmuan yang diajarkan oleh Madi dan Syahbandar yang berasal dari Sumatera Barat yang memiliki dan menguasai silat Minang baik secara lahir maupun secara bathin.

dirangkum dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar